Rabu, Januari 13, 2016

Shadow Economy dalam Novel





Judul: Pulang
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Republika
Cetakan: I, September 2015
Tebal: iv + 400 hlm

Cerita dalam novel ini sungguh absurd. Saya tidak tahu persis settingnya dimana, kecuali pedalaman Sumatera. Di sini hanya disebut ibu kota dan pelabuhan. Selain itu, bagaimana bisa tokoh utama sebagai tukang jagal orang tapi punya hati yang baik, tidak pernah memakan dan minum yang dilarang agama (Islam), seperti babi dan wiski. Yang saya sayangkan, tidak ada pula kisah cintanya. Masa iya lelaki muda, tampan, pintar, kuat, tidak mengalami jatuh cinta? Atau paling tidak dimunculkan satu tokoh wanita yang menaksir atau ditaksir lelaki itu. Bukankah itu absurd? Kisah dalam novel ini seperti dalam film-film ala Hollywood. Jagoannya menang terus, dan suatu ketika kalah, namun di akhir cerita dia menang. Benar-benar heroik dan one man show.  

Meskipun begitu aku menikmatinya. Ceritanya begitu mengalir. Tere Liye memang tidak diragukan lagi dengan racikannya. Pulang adalah novel kesekiannya. Tentu pengalaman dalam menulis novelnya sudah lihai. Hampir semua karyanya mengalami cetak ulang. Bahkan sudah ada pula yang difilmkan.  

Novel ini berkisah tentang seorang lelaki yang dijuluki sebagai “ Si Babi Hutan”, karena berhasil melawan babi pada saat berburu di pedalaman hutan Sumatera. Terlahir dari seorang ayah penjagal dan ibu yang taat beragama, lelaki ini tumbuh dalam kondisi yang serba kontras. Ketangkasan dan kekuatan fisiknya menurun dari ayahnya, sedang kecerdasan dan kekuatan prinsipnya menurun dari ibunya. Ia bekerja di tempat dulu ayahnya bekerja sebagai penjagal, yaitu di keluarga Tong. Pemimpinnya biasa disebut tauke. Tauke ini mempunyai banyak perusahaan, termasuk bank. Bisnisnya penuh dengan muslihat. Apabila ada pihak yang membahayakan perusahaannya, maka para penjaga itulah yang akan menanganinya, salah satunya lelaki ini. 

Di antara penjagal, lelaki ini agak berbeda. Karakternya mengandung simpati tauke muda. Lelaki ini dianggap lebih pantas mengasah otaknya ketimbang fisiknya. Ia kemudian diajari pelbagai macam ilmu pengetahuan dan bahkan dikuliahkan di Amerika. Dus, ia tidak hanya piawai dalam menjagal orang, tetapi juga pintar dengan gagasan, siasat, dan manajemen perusahaan sang tauke. Ia digambarkan sebagai prototipe lelaki sempurna: kuat, cerdas, dan berkarakter. Ia digadang-gadang sebagai pemimpin masa depan perusahaan tauke muda. 

Dalam sebuah kesempatan terjadi pengkhianatan di dalam perusahaan. Salah seorang kepercayaan tauke hendak mengkudeta pimpinan perusahaan, dia melakukan makar. Lelaki ini merasa kecolongan dengan peristiwa itu. Dia merasa ceroboh dan lalai, tidak menyadari sedari awal tanda-tanda pengkhianatan dari kawannya itu. Pengkhianatan itu menyebabkan tauke muda, pucuk pimpinan perusahaan, mati pada saat pelarian. Lelaki itu cuma pingsan, dan diselamatkan oleh Tuanku Imam, kakak dari ibunya. Setelah sembuh dan pulih, dia pun menyusun rencana untuk merebut kembali kantor pusat keluarga Tong tersebut.  

Shadow Economy
Selain novelis, profesi Tere Liye adalah akuntan. Ia tentu tahu banyak seluk-beluk dunia ekonomi, baik makro maupun mikro. Isu yang krusial yang diangkat Tere Liye dalam novel ini adalah Shadow Economy. Secara gamblang, Tere menjelaskan dalam novel ini bahwa Shadow economy adalah ekonomi yang berjalan di ruang hitam, biasa disebut juga black market atau underground economy. Bentuknya bisa berupa pencucian uang, perdagangan senjata, transportasi, properti, minyak bumi, valas, pasar modal, retail, teknologi, hingga penemuan dunia medis yang tidak ternilai, yang semuanya dikendalikan oleh institusi pasar gelap.  

Mereka yang terlibat dalam shadow economy punya pengaruh yang luar biasa. Jaringannya bisa ke negara-negara lain. Bahkan, kekuasaan mereka bisa mempengaruhi pemerintahan sebuah negara. Mereka tak tersentuh oleh hukum. Mereka menguasai hampir seluruh aspek ekonomi. Tere Liye dengan apik menggambarkan cara kerja pelaku shadow Economy, seperti melobi calon presiden, menghabisi para pesaing bisnisnya, ikut jaringan internasional, mengangkat para aparat keamanan untuk dijadikan tameng, dan lain-lain.

Isu yang diangkat Tere Liye mampu membuka relung kesadaran kita akan dunia ekonomi global, termasuk di Indonesia. Boleh jadi gonjang-ganjing yang terjadi di Indonesia ini adalah gambaran nyata tentang peran shadow economy ini.     

Lantas, mengapa novel ini diberi judul Pulang? Awalnya saya menduga perihal kepulangan si Bujang ini ke kampung halamannya, berziarah ke orangtuanya, tapi rupanya bukan. Pulang di sini dihubungkan suara adzan yang dikuping tokoh utama pada saat dia berada di rumahnya Tuanku Imam Muda. Detailnya Anda baca sendiri. []