Judul: Komunikasi Politik: Media Massa Dan Kampanye Pemilihan
Penulis: Pawito, Ph.D.
Penerbit: Jalasutra
Cetakan: I, Maret 2009
Tebal: xi + 328 (termasuk indeks)
--------------------------------
Sejak dua minggu menjelang diadakannya pemilu presiden Amerika Serikat 2008, hampir semua media di Amerika merilis tajuk rencananya yang berisi dukungan atas Barack Obama.
Sebagian besar media AS sepakat bahwa Obama adalah kandidat presiden yang paling tepat untuk mengurai kekusutan masalah, baik ekonomi maupun geopoltik, di AS. Sebelumnya, Obama dalam kampanyenya membuat slogan yang mampu menyihir warga Amerika, dengan menggantungkan nasibnya pada Obama. Slogan tersebut hanya satu kata, change. Slogan ini sangat efektif karena warga Amerika memang menginginkan perubahan dari pemerintahan sebelumnya yang hampir menenggelamkan negara itu dalam keterpurukan.
Sisi lain, pengemasan pesannya itu, ia hantarkan lewat media baik cetak, elektronik, maupun digital. Di antaranya yang paling efektif adalah melalui YouTube dan Facebook. Kedua media tersebut sangat digandrungi oleh masyarakat luas, dan dapat diakses oleh siapa pun. Belum lagi melalui tokoh-tokoh selebriti baik dari dunia politik, artis, maupun media, ia merangkul dan mendengar aspirasi mereka.
Kemenangan Obama menjadi presiden Amerika dinilai sebagai kemenangan komunikasi politik. Berbagai piranti dan saluran komunikasi, baik yang tradisional maupun non-konvensional, dimanfaatkan secara optimal. Strategi komunikasi politik tim kampanye Obama dan eksekusinya di lapangan sungguh merupakan pameran pemanfaatan media dan elaborasi isu-isu yang efektif dan cukup inovatif.
Fenomena Obama di atas menyiratkan satu hal bahwa komunikasi politik adalah suatu hal penting yang mesti dipelajari bagi siapa pun yang menghendaki pemahaman atas sebuah fakta politik baik sebagai subjek mapun objek. Untuk itu, buku Komunikasi Politik : Media Massa Dan Kampanye Pemilihan ini sangat penting untuk dijadikan referensi. Di dalamnya bukan saja membicarakan realitas komunikasi politik secara umum, tetapi juga memuat tentang konteks keindonesiaan. Dan ini sangat jarang dilakukan oleh penulis lain. Oleh karena itu, buku ini diharapkan dapat mengisi kekosongan yang sudah lama dirasakan secara luas baik di kalangan akademik maupun kalangan politisi di Indonesia.
Melalui buku ini dijelaskan bahwa komunikasi politik merupakan suatu sub-disiplin ilmu yang tergolong ke dalam ilmu perilaku. Komunikasi politik sebagai sub-dispilin ini lebih berorientasi pada persoalan bagaimana manusia saling berbagi atau menyampaikan pesan-pesan berkenaan dengan urusan penjatahan sumber daya publik, walau pesannya senantiasa tidak steril dari kepentingan (siapa memperoleh apa).
Komunikasi politik sebagai suatu sub-disiplin ilmu berpijak pada dua disiplin ilmu: Ilmu komunikasi dan ilmu politik. Namun, kita sulit mengidentifikasi apakah komunikasi politik lebih dekat dengan ilmu politik ataukah lebih dekat dengan ilmu komunikasi. Perlu diingat bahwa baik ilmu komunikasi maupun ilmu politik adalah sama-sama ilmu perilaku yang karenanya bersifat interdispliner, konsekuensinya, konsep-konsep, pandangan-pandangan teoritik, serta prosedur-prosedur, metodologis pada kedua ilmu sangat dipengaruhi oleh cabang-cabang ilmu lain seperti sosiologi, antropologi, sejarah, dan ekonomi. Hal demikian sudah tentu berlaku juga pada komunikasi politik sebagai suatu sub-disiplin ilmu.
Buku ini diawali dengan membahas tentang pengertian komunikasi politik serta hal-hal yang berkaitan dengannya. Secara umum komunikasi politik dipandang sebagai suatu proses. Komunikasi politik merupakan kegiatan yang terus-menerus berlangsung. Artinya, apa yang terjadi sekarang sebenarnya merupakan kelanjutan dari apa yang terjadi sebelumnya dan semua akan disambung dengan apa yang terjadi di waktu yang akan datang. Sebagai suatu proses, komunikasi politik dapat dipahami dengan melibatkan setidaknya lima unsur: Pelibat (aktor dan partisipan), pesan, saluran, situasi atau konteks, dan pengaruh atau efek.
Pada bab selanjutnya, buku ini membicarakan tentang pendekatan dan metode penelitian komunikasi. Ada banyak pendekatan dan metode penelitian yang dapat digunakan dalam ranah komunikasi politik. Dalam pendekatan, misalnya, ada pendekatan fungsional, linguistik, lingkungan, institusional, konstruktivisme, uses and gratifications, framing, dan posmodernisme. Sedang dalam metode penelitian, misalnya, kuantitatif, kualitatif, dan multiple-methods.
Kemudian, yang tak kalah penting untuk dibaca dalam buku ini adalah perihal keterkaitan antara media massa dan kampanye, serta pemasaran politik. Mafhum, media massa memiliki kedudukan istimewa dalam kancah politik, terutama pada periode pemilihan, seperti di Indonesia saat ini. Dan kajian mengenai media massa dalam konteks kampanye pemilihan dapat dilakukan dengan menitikberatkan pada, di antaranya: Dampak media terhadap strategi dan jalannya kampanye, pengaruh media terhadap pemilih, iklan kampanye, reportase kampanye, dan isu-isu berkaitan dengan teori demokrasi yang muncul sebagai konsekuensi dari kehadiran media massa.
Melalui buku ini, pembaca diharapkan dapat memahami komunikasi politik sebagai bidang studi yang mencoba berdiri sendiri. Melalui buku ini pula, kita dapat mengetahui para politisi menggunakan komunikasi politiknya, misalnya, pendekatan mana yang digunakan tergantung siapa yang menyampaikan pesan politik dan kepada siapa pesan itu ditujukan. Muatan pesan politisi juga menentukan paradigma komunikasi mana yang digunakan.
Buku ini sangat relevan dengan kondisi negeri kita saat ini, yang sedang beranjak pada periode pemilihan. Para praktisi dan elite politik serta kalangan akademik dan media sangat dianjurkan untuk membaca buku ini. Dengan mengetahui arti dan manfaatnya komunikasi politik dalam tatanan kehidupan politik diharapkan masyarakat sudah menangkap dengan jelas keberadaan model-model komunikasi yang ditimbulkan dalam perpolitikan. Sungguh, peran komunikasi memegang peran penting dalam mengupayakan kepekaan setiap kejadian politik yang berlangsung dewasa ini.
M IQBAL DAWAMI
Dosen STIS Magelang, pengelola blog http://resensor.blogspot.com
2 komentar:
Di Indonesia, adakah 'perang media' sudah dimula oleh calon-calon presiden?
'perang media' sudah dimula oleh calon-salon legislatif dan calon presiden.Begitulah Indonesia, pakcik. Thanks.
Posting Komentar