Jumat, Desember 02, 2011

Kepemimpinan Dahlan Iskan di PLN

Judul: Dua Tangis dan Ribuan Tawa
Penulis: Dahlan Iskan
Penerbit: Elex Media Komputindo
Cetakan: I, November 2011
Tebal: xiii + 349 hlm.
Harga: Rp. 64.800,-

Buku berjudul Dua Tangis Ribuan Tawa ini merupakan kumpulan CEO noted yang dibuat oleh Dahlan Iskan—mantan direktur PLN yang sekarang menjabat Menteri BUMN—selama dia memimpin PLN. Bahasanya yang sederhana, jenaka, namun berbobot, Dahlan membahas pengalaman dan usaha yang dilakukan segenap jajaran karyawan dalam melakukan reformasi di PLN, termasuk rintangan dan keberhasilannya.
 

Dahlan Iskan bukan ahli listrik tetapi wartawan dan entrepreneur media yang menjadi CEO PLN, dengan memakai logika dan common sense dalam menyelesaikan persoalan. Dengan gayanya yang mudah dimengerti ia menulis CEO Noted bagi seluruh karyawannya untuk memberi motivasi. Demikian yang dikatakan M. Jusuf Kalla, mantan wakil Presiden RI dan juga seorang pengusaha. Namun lebih dari itu, CEO Noted tersebut juga menjadi inspirasi perubahan bagi seluruh karyawan PLN untuk menjadi lebih baik memenuhi kebutuhan energi di daerah dan seluruh Indonesia. 

Di dalam buku ini kuyup dengan kisah-kisah suka-duka Dahlan Iskan dan para pegawai PLN (yang dikisahkan Dahlan) yang memerlihatkan betapa keputusan-keputusan yang mereka ambil membawa perubahan yang signifikan; pesimis menjadi optimis, lamban menjadi cepat, cacian menjadi pujian, dan sebagainya. Maka secara tidak langsung, ini bisa juga dikatakan kiat-kiat CEO PLN dalam meningkatkan “perusahaan”-nya. Dan melalui CEO Noted inilah pola komunikasi antara pimpinan dan karyawan tetap terjaga secara baik, terbuka, dan blak-blakan.
 

Di CEO Noted ini Dahlan memilih bentuk komunikasi yang tidak langsung. Bentuknya tidak seperti sambutan, tidak seperti imbauan dan bukan pula berisi instruksi. Dia juga menghindari khotbah di dalamnya. 
 

Masalah yang paling sederhananya misalnya mengenai pengadaan baju seragam PLN. Banyak di antara karyawan PLN yang hampir 50.000 orang itu mempersoalkan pengadaan baju seragam. Ada yang bilang telah terjadi KKN di situ. Juga permainan komisi. Ada yang menghendaki agar baju seragam diatur per provinsi. Jangan dipusatkan. Bahkan ada yang minta agar seragam diberikan dalam bentuk uang. Masing-masing karyawan bisa membuat sendiri. Permintaan manakah yang Dahlan penuhi?
 


Jika dipenuhi salah satunya akan menimbulkan ketidakpuasan yang lain, dan akan menjadi pembicaraan di kalangan wartawan yang tak henti-hentinya, mengalahkan pembicaraan untuk mengatasi krisis listrik. Maka Dahlan memutuskan: baju seragam dihapus!
 

Dahlan mengatakan bahwa tulisan menjadi sarana paling efektif dan efisien untuk menjangkau karyawan PLN yang tersebar di seluruh Indonesia. Komunikasi lewat tulisan sangat penting agar pikiran-pikiran pemimpin tertinggi di perusahaan bisa menjangkau seluruh karyawan, bahkan hingga level terbawah.
 

Terkait judul buku ini, “Dua Tangis dan Ribuan Tawa” diambil dari salah satu tulisannya ketika enam bulan menjabat Dirut PLN. Selama enam bulan itu, Dahlan menangis dua kali, tetapi bisa tertawa bahagia ribuan kali. Mengapa Dahlan menangis hingga dua kali? Silakan pembaca membacanya langsung.
 

Dan selama di PLN, Dahlan menangis tiga kali. Yang ketiga yaitu saat dirinya harus meninggalkan PLN karena ditunjuk menjadi menteri negara (Menneg) BUMN. []
 

M. Iqbal Dawami, esais. 

2 komentar:

Anonim mengatakan...

waaahhh masih aktif buat resensi rupanya:)

mas, fbnya kok ilang ya?

M.Iqbal Dawami mengatakan...

Alhamdulillah masih aktif, mbak. soal fb-ku, silakan baca di
http://penulispinggiran.blogspot.com/2011/12/see-u-facebook.html