Sabtu, Juni 13, 2009

Belajar Kearifan Pada Enzo

Judul : Enzo: The Art of Racing in the Rain
Pengarang: Garth Stein
Penerjemah: Ary Nilandari
Penerbit: Serambi, Jakarta
Cetakan : I, April 2009
Tebal: 408 hlm.
------------------

Kearifan bisa kita dapatkan dari mana saja. Tak terkecuali dari pelbagai binatang. Kita dapat belajar dari semut yang selalu bergotong royong, lebah yang setia pada ratunya, bunglon yang pandai beradaptasi, dan yang lainnya. Begitu pula dengan anjing.

Buku Enzo: The Art of Racing in the Rain adalah buku yang dapat mengajarkan kearifan hidup dari seekor anjing yang bernama Enzo. Anjing yang dapat berpikir dan mempunyai perasaan layaknya manusia. Dia mampu berpikir filosofis dan terobsesi dengan TV dan balapan mobil (F1). Di sini, Enzo menjadi sang narator yang tidak saja mengungkap kehidupannya sebagai anjing, tapi juga kehidupan dan konflik keluarga yang memeliharanya.

Bab ini dimulai dengan Enzo yang sedang sakit, dan mengetahui dirinya akan segera mati. Pada suatu malam di pembaringannya, dia menengok kembali perjalanan hidupnya mulai dari masa kecil hingga masa tuanya. Ketika Enzo masih kecil, dia diadopsi oleh Denny Swift, seorang pembalap mobil profesional. Saat bertemu, mereka merasa telah ditakdirkan untuk bersama. Dari situlah persahabatan antara keduanya mulai terjalin. Mereka saling menyayangi dan melindungi.

Enzo banyak belajar dari Denny tentang apa saja, termasuk mencintai balap mobil. Apa yang disukai Denny, disukai pula oleh Enzo. Selain Speed Channel yang menayangkan balap, Enzo juga menonton pelbagai saluran TV seperti Discovery Channel, National Geographic, dan saluran yang memutar film-film yang dimainkan aktor-aktor favoritnya, yaitu Steve McQueen, Al Pacino, Paul Newman, George Clooney, Dustin Hoffman, dan Peter Falk.

Seiring waktu berjalan, Enzo sadar bahwa dirinya berbeda dengan anjing-anjing lain: seekor filsuf yang mirip dengan jiwa manusia, mampu mendidik dirinya sendiri dengan banyak menonton televisi, dan dengan mendengarkan kata-kata pemiliknya, Denny Swift.

Melalui Denny, Enzo mendapatkan wawasan yang luas terhadap kondisi manusia, dan dia melihat kehidupan layaknya suatu balapan, yang tidak mudah untuk melaju dengan cepat dan diperlukan teknik-teknik pada lintasan balap agar seseorang dapat sukses melalui semua cobaan hidup. The Art of Racing in the Rain ini segera menarik pembaca ke dalam dunia Enzo.

Saat Eve menikah dengan Denny, Enzo begitu cemburu. Karena perhatian Denny menjadi pecah, tidak seperti dulu. Namun, lambat laun Enzo dapat menerima kehadiran Eve yang ternyata begitu baik. Bahkan lebih dari itu, dia mencintainya juga layaknya kepada Denny. Saat mereka mempunyai anak yang diberi nama Zoe, Enzo turut senang dan begitu melindungi anak mereka.

Insting Enzo hancur ketika dia dapat merasakan bahwa ada sesuatu yang salah dengan Eve. Enzo dapat mencium kanker otak jauh sebelum ada orang yang tahu dari keluarga tersebut. Akan tetapi dia tidak dapat memberikan peringatan kepada Denny.

Setelah kanker otak Eve muncul, dan perawatan medis dimulai, Eve dibawa pulang ke rumah orangtuanya untuk melewati bulan terakhirnya, dan atas dorongan orangtuanya, Zoe tetap beserta ibunya dan kakek-neneknya, meninggalkan Denny dan Enzo sendiri. Setelah Eve meninggal, mulailah konflik antara Denny dan orangtua Eve perihal hak asuh Zoe. Orangtua Eve bersikeras merawat Zoe secara penuh. Danny dan Enzo tanpa ada hak sedikit pun berkomunikasi atau berkunjung terhadap anak perempuannya. Sisi lain, Denny mengalami kesulitan finansial untuk membayar pengacara, menafkahi putrinya, dan merawat Enzo yang sakit. Pekerjaannya sebagai pembalap, karyawan, dan guru mengemudi tidak cukup untuk membiayai semuanya. Melalui semua cobaannya, Denny selalu membawa Enzo di sisinya, yang memberikan dukungan dan cinta tak bersyarat.

Sebagai pembaca, tentu mudah untuk bersimpati dengan Denny yang dilanda cobaan. Akan tetapi Enzo dengan bijak menegaskan bahwa ketika pada suatu waktu seseorang tengah kehilangan kesempatan, maka semua hal itu terjadi karena satu alasan. Dan apa yang ditakdirkan untuk terjadi maka akan terjadi. Kisah ini menyampaikan dosis spiritual yang tepat, diseimbangkan dengan indah antara banyaknya balapan dengan humor anjing, di antaranya.

Di seluruh buku ini tersebar bab-bab tertentu yang mengungkapkan analisa Enzo tentang taktik atau teknik balapan. Sering kali penjelasan-penjelasan ini sejajar secara emosional dengan perjuangan yang dilalui Denny terhadap kanker yang diderita istrinya, dan perjuangan hak asuh anaknya dengan mertuanya. Denny dan Enzo selalu melihat rekaman balapan Denny, belajar dari kesalahan-kesalahan yang selalu dipaparkan Denny tentang ketahanan mental seorang pembalap. Dan itu dapat dipraktikan pada saat mendapat masalah hidup.

Karena kisah tersebut diceritakan melalui sudut pandang Enzo, kita hanya melihat pendangan sekilas tentang komunikasi manusia. Kita hanya dapat melihat perasaan Enzo yang tajam. Boleh jadi insting alami seekor anjing jauh lebih maju dari manusia. Mereka lebih terbiasa dengan emosi yang tak terucapkan dan lebih peka dengan lingkungan yang tidak seimbang dan tidak sehat.

Buku ini merupakan buku yang tidak bisa kita abaikan lantaran dongeng sang anjing. Justru melalui pandangan Enzo, kita dapat melihat dan belajar lebih banyak tentang sifat manusia, insting dan moralitasnya. Kisah Enzo begitu lembut, karakter-karakternya juga menimbulkan rasa simpati. Enzo adalah narator yang mengagumkan, yang membuat rujukan dan hubungan dengan budaya pop, membuat penilaian-penilaian psikologis dan filosofis yang tajam terhadap manusia di sekitarnya.

Sedang sang penulis buku ini, Garth Stein, patut pula diacungi jempol. Dia mampu menceritakan kisah ini dengan cara yang menyentuh hati. Gaya narasinya sederhana dan elegan, mengalir seindah lap balapan mobil yang dilalui dengan baik.

Pembaca akan terkesan dengan cara dia menggabungkan simbolisme dalam novel ini. Pembaca akan memberikan apresiasinya terhadap bagaimana dia mampu menghubungkan seni mengemudikan mobil balap (F1) dengan menjalani kehidupan dengan segala kesenangan dan kesedihannya. “Kehidupan, seperti balapan, tidaklah mudah untuk melaju cepat. Dengan menggunakan teknik-teknik yang diperlukan pada lintasan balap tersebut barulah seseorang dapat berhasil mengemudikan semua cobaan hidup” ujar Enzo.

Kisah ini memiliki akhir yang indah dan memuaskan. Namun, bukan di situ letak pentingnya. Kisah Enzo lebih tepatnya adalah mengenai proses – balapan – daripada garis finish. Bahwa melakukan apa yang kita sukai dalam kehidupan ini sesungguhnya adalah sebuah kemenangan.

Pada malam kematiannya, Enzo menggunakan sisa hidupnya, mengingat semua yang dia dan Denny telah lalui: pengorbanan yang telah dilakukan Denny hingga mendapatkan keberhasilan secara profesional; kehilangan istri Denny, Eve, yang tidak diharapkan, pertempuran selama tiga tahun terhadap anak perempuan Danny, Zoe, yang kakek dan nenek dari pihak ibu berusaha mendapatkan hak asuh.

Enzo hadir secara heroik untuk memelihara keluarga Denny Swift, mendekap mimpi-mimpinya dalam hati bahwa Denny akan menjadi seorang juara balap mobil dengan Zoe di sisinya. Setelah belajar apa yang harus dilalui untuk menjadi orang yang berbelas kasih dan sukses, anjing yang bijak tersebut hampir tidak dapat menunggu kehidupan berikutnya, ketika dia yakin akan kembali hidup sebagai seorang manusia.

Buku ini sebuah kisah tentang keluarga, cinta, kesetiaan dan harapan yang sangat menggugah, lucu tetapi membuka hati. Art of Racing in the Rain digubah dengan indah dan menawan, melihat keajaiban dan absurditas kehidupan manusia. Kisah Enzo ini menyiratkan suatu pertanyaan reflektif, ‘mengapa saat ini banyak manusia yang menjadi binatang padahal binatang sendiri ingin menjadi manusia?’***

M. Iqbal Dawami
Staf Pengajar STIS Magelang

4 komentar:

Sinta Nisfuanna mengatakan...

jadi inget buku rasulullah mencintai binatang. tengkyu review-nya, sdikit banyak bisa ngambil hikmah.

M.Iqbal Dawami mengatakan...

Makasih :)

Isma Ae Mohamad mengatakan...

Rasa mahu membaca novel ini.

M.Iqbal Dawami mengatakan...

@Ae: Mas Ae wajib membacanya, hehe..