Judul: Myelin; Mobilisasi Intangibles Menjadi Kekuatan Perubahan
Penulis: Rhenald Kasali
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetak: I, Maret 2010
Tebal: 346 hlm (termasuk indeks)
=======================
Aset atau kekayaan selalu dipersuasikan pada sesuatu yang berwujud (tangibles). Baik itu barang, materi (uang), bangunan, fasilitas, maupun yang lainnya.
Pandangan hidup seperti itu sangatlah rapuh dan mudah goyah. Apabila anda mempunyai perusahaan, maka perusahaan anda akan rapuh, lantaran anda hanya fokus pada aset-aset yang kasat mata. Sementara aset-aset yang tidak kasat mata (intangibles) justru terlupakan.
Sejatinya, aset-aset yang tidak kasat mata sama pentingnya dengan aset-aset kasat mata. Para entrepeneur atau wirausaha sebaiknya jangan tersesat dalam perangkat tangibles. Demikian ditulis Rhenald Kasali dalam buku terbarunya yang berjudul Myelin; Mobilisasi Intangibles Menjadi Kekuatan Perubahan (2010). Buku ini merupakan rangkaian dari buku tentang perubahan (Change!) yang pernah ditulis Rhenald sebelumnya, yaitu Change (2004), Recode Your Change DNA (2007), dan Mutasi DNA Powerhouse (2008).
Rhenald Kasali, pakar bisnis dan Ketua Program Pasca Sarjana Ilmu Manajemen FE-UI, melakukan riset sepanjang 2009. Hasil temuannya adalah bahwa ada kesalahan mendasar yang telah kita lakukan dan masih terus kita diamkan dalam mengisi diri kita, anak-anak didik kita, karyawan, dan para eksekutif. Kesalahan itu menyangkut soal memory. Penelitiannya ia jabarkan dalam buku ini.
Kita telah memberi singgasana terhormat hanya pada suatu memory saja, yaitu brain memory. Ujar Rhenald. Brain memory adalah sebuah sistem dan pengatur informasi yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Namun temuan-temuan terbaru dalam ilmu biologi menunjukkan ada memori lain yang tak kalah penting, yaitu muscle memory yang terletak di seluruh jaringan otot kita. Brain memory terbentuk dari pengetahuan, sedangkan muscle memory terbentuk karena latihan.
Muscle memory itulah yang Rhenald maksud sebagai Myelin. Myelin adalah sumber dari segala talenta yang dibentuk melalui deep practice. Myelin tersebar merata dalam bentuk sistem syaraf pada otot-otot kita yang memberi perintah dan menyimpan informasi. Inilah konsep yang mendapat perhatian besar para ahli biologi sel.
Konsep ini sangat penting untuk menjelaskan bagaimana manusia, lembaga, dan perusahaan menghasilkan serta memupuk intangibles-nya. Setiap kali manusia mengulangi gerakan-gerakannya dan terlibat dalam suatu latihan fisik, mereka akan membentuk Myelin. Myelin itu seperti insulasi yang membungkus arus listrik. Ia berfungsi sebagai broadband alami yang kekuatan dan kapabilitasnya ditentukan oleh lapisan insulasi di bagian luarnya.
Intangibles adalah ruh anda, ruh usaha anda. Seperti ruh yang ada pada jiwa kita, ia tidak terlihat, tidak berwujud. Ia tidak tampak secara fisik seperti kepala, tangan, atau kaki kita. Ia juga bukan aset seperti mobil, rumah, gedung, atau tanah yang selalu dianggap sebagai ukuran kekayaan manusia. Dalam bidang kebudayaan, di kalangan kesenian dan kepariwisataan, ia disebut harta tak benda. Dalam ilmu manajemen ia biasa disebut harta nirwujud.
Perusahaan yang stagnan berfokus pada harta-harta fisik, yaitu kekayaan-kekayaan yang kasatmata (tangibles); sedangkan, perusahaan yang progresif memobilisasi harta-harta nirwujud. Harta benda berwujud menjadi miliki pemegang saham, sedangkan harta nirwujud atau harta-harta tak kasatmata atau intangibles melekat pada manusia di dalam maupun di luar perusahaan.
Buku ini memaparkan intangibles secara mendalam pada dua perusahaan, yaitu Blue Bird dan PT. Wijaya Karya (WIKA). Di Blue Bird diperlihatkan bagaimana Myelin berkembang dalam bentuk pelayanan kepada pelanggan dan tata nilai (kejujuran). Sementara itu di WIKA, Myelin bekerja mulai utak-atik mesin menjadi keterampilan membuat segala peralatan teknologi energi, mulai dari energi listrik, matahari, hydro, sampai bahan bakar batu bara.
WIKA juga membuat tiang listrik sampai membuat tiang pancang dan dikenal sebagai ahli beton. Di WIKA dikenal Myelin kedisiplinan dan kerapian. Berkat Myelin itulah mereka mampu mengelola usaha EPC yang menuntut keahlian yang utuh mulai dari mendesain, membangun, mengombinasikan teknologi sampai menjalankan pabrik. Mereka bukan hanya ahli membangun tapi juga membangun output performance-nya. Saat memasuki dunia internasional mereka sekali lagi melatih diri membangun Myelin baru, tahan bekerja dengan speed tinggi di udara terbuka yang cuacanya ekstrem.
Rhenald juga membuktikan bahwa kehebatan seseorang tidak harus dicapai dengan IQ tinggi. Raihan sukses dapat dapat dilakukan oleh orang biasa-biasa saja namun mempunyai Myelin. Ia selalu berlatih setiap waktu atas apa yang diimpikannya sehingga menjadi bagian dari hidupnya. Lihatlah Brazil yang tidak pernah putus melahirkan mahabintang dalam jagat mengolah si kulit bundar. Sesuai dengan pengamatannya langsung ke Brazil, Rhenald mengatakan bahwa pesepakbola profesional di Brazil bermain bola sepanjang 8 jam perhari. Sementara untuk masyarakat biasa setidaknya bermain sepak bola 2 jam per hari.
Myelin atau Muscle memory dapat dibangun di dunia kesenian, olahraga, akademis, dan tentu saja di dunia usaha. Sungguh, buku ini patut dibaca oleh direktur, pengusaha, olahragawan, dan siapa saja yang menginginkan perubahan dalam hidupnya.
Tidak hanya WIKA dan Blue Bird saja yang dijadikan sampel perusahaan yang memiliki intangibles di dalam buku ini (meski kedua perusahaan tersebut mendominasi), kita juga akan menjumpai Toyota, Adira, Dexa, ISS, Bank Mandiri, Merck, dan perusahaan-perusahaan besar lainnya.
Selain perusahaan, Rhenald juga menilik kesuksesan personal yang disebabkan oleh Myelin atau intangibles-nya, seperti Susan Boyle (artis tua bersuara emas), Pele (legenda sepak bola dunia), Se Ri Pek (pegolf perempuan Korea Selatan), Richard Branson (pemilik Virgin Group Companies, yang menyediakan jasa tur ke angkasa), dan masih banyak lagi.[]
M Iqbal Dawami, pengusaha penetasan bebek, pencinta buku, aktif di “Kere Hore Jungle Tracker Community” Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar