Gila ya
mereka bisa menulis sedetail itu. Yang saya maksud mereka di sini adalah
Philip K. Hitti dan Walter Isaacson. Tidak hanya detail tetapi juga tebal.
Hitti menulis History of The Arabs dan Isaacson menulis Steve
Jobs. Saya salut dengan mereka yang dapat menulis dengan sedetail dan
setebal itu. Tak berhenti di situ, karya mereka juga mengalami cetak ulang
berkali-kali. Ke depannya masih potensial untuk terus dicetak dan diterjemahkan
ke pelbagai bahasa.
Philip K
Hitti adalah sejarawan ternama tentang dunia Arab dan sarjana terkemuka. Ia
seorang profesor sastra Semit dan ketua jurusan Bahasa dan Sastra Timur. Gelar
doktornya ia dapatkan di Princeton University. Daniel Macmillan sebagai orang
yang meminta Hitti untuk menulis buku tersebut pada tahun 1927. Draftnya baru
selesai 3 tahun kemudian. Ketebalannya mencapai 981 halaman.
Terbit pertama kali pada 1937. Buku ini
telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa seperti bahasa Arab, Spanyol, Urdu,
Italia, Kroasia, Polandia, dan termasuk Indonesia (diterbitkan oleh Serambi).
Buku tersebut melahirkan puluhan artikel ulasan dari para pakar di negara
masing-masing.
Senada juga dengan Walter Isaacson.
Bukunya dengan ketebalan 756 halaman, diproses bertahun-tahun. Ia melakukan
wawancara lebih dari empat puluh kali dengan Jobs selama dua tahun, serta
wawancara dengan seratus anggota keluarga, sahabat, musuh, pesaing, dan kolega
Jobs. Walter adalah CEO Aspen Institute. Pernah menjadi pemimpin CNN dan
manajer editor Time. Sebelumnya ia pernah menulis Einstein:
His Life and Universe, Benjamin Franklin: An American Life, dan Kissinger:
A Biography.
Saya belum punya data buku tersebut sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa mana saja. Tapi yang jelas buku tersebut sudah
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Bentang Pustaka.
Edisi Indonesia sendiri sudah mengalami cetak ulang sebanyak 3 kali. Masih
potensial untuk cetak ulang di bulan-bulan maupun tahun-tahun berikutnya.
Karena ini adalah buku babon tentang Jobs. Tidak ada yang mampu menandingi
kedetailannya.
Barangkali kedua buku tersebut bisa
dikatakan sebagai masterpiece. Masterpiece adalah karya agung yang selalu
dikenang orang dan identik dengan penulisnya. Karyanya begitu melekat pada sang
penulisnya. Kondisi buku Hitti dan Isaacson mirip juga dengan buku Nurcholish
Madjid (Cak Nur) yang berjudul Islam: Doktrin dan Peradaban.
Tebalnya mencapai 612 halaman. Banyak orang menyebut buku ini sebagai
masterpiece –nya Cak Nur, karena merekam pikiran-pikiran pentingnya. Buku ini
juga hingga kini masih dicetak ulang.
Di
antara buku masterpiece yang menjadi kebanggaan bangsa
Indonesia adalah Tetralogi Buru karya
Pramoedya Ananta Toer, yaitu Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca. Karya itu begitu melekat pada diri Pram. Ihya
Ulumiddin, Muqaddimah, Al-Qanun Fiththib, adalah beberapa contoh kitab
masterpiece dalam literatur keislaman klasik (turats). Masih banyak
lagi buku-buku yang bisa dimasukkan kategori masterpiece.
Tidak ada batasan ajeg sebenarnya untuk
menentukan kriteria buku masterpiece. Tapi paling tidak, kita dapat gambaran
bagus bagaimana wujud buku masterpiece itu dengan melihat buku-buku yang saya
sebut di atas. Mungkin kita bisa menakarnya apakah buku ini termasuk
masterpiece atau bukan. Saya berharap penerbit terus menerbitkan buku-buku
semacam ini.[]
M. Iqbal Dawami, bergiat di komunitas
TADARUS BUKU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar