Rabu, Mei 06, 2009

Sejarah Islam Yang Terukir Di Malam Hari

Judul: The Great Nights; 24 Malam Yang Mengubah Dunia Islam
Penulis: DR. Husain Mu’nis
Penerbit: Ufuk Press
Cetakan: I, maret 2009
Tebal: 180 hlm.
-----------------

“Sejarah direncanakan di malam hari dan terlaksana pada siang hari” (Montesque)

Boleh jadi belum pernah ada buku yang khusus mengulas cuplikan sejarah dari perspektif waktu kejadian, seperti apakah kejatuhan Soeharto terjadi pada waktu pagi, siang, atau sore hari? Jam berapakah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 dikumandangkan? Atau dalam dunia Islam, misalnya, kapan wafatnya sang Nabi Saw, pagi, siang, atau malam? dan seterusnya.

Imaji kita seringkali mentahbiskan bahwa acapkali sejarah selalu terjadi pada siang hari. Semua peristiwa seolah-olah hanya dimiliki siang. Dan malam hilang dari pusaran sejarah. Realitasnya, banyak terukir sejarah di malam hari. Tidak terhitung urusan yang direncanakan di malam hari. Buku The Great Nights; 24 Malam Yang Mengubah Dunia Islam yang ditulis Husain Mu’nis hendak membuktikan hal itu. Betapa banyak kejadian-kejadian penting dalam sejarah Islam yang terjadi pada malam hari. Boleh jadi kejadian itu dirasa sepele, namun sesungguhnya amatlah menentukan.


Di antara kejadian itu adalah kesepakatan di Aqabah yang di dalamnya terdapat rekonsiliasi antara penduduk Yatsrib (Madinah) dengan Rasul Saw. Peristiwa itu terjadi di pertengahan malam. Dan juga saat Shalahuddin al-Ayyubi mengerahkan pasukannya untuk menyerbu ke benteng lawan, ternyata berakhir di malam hari, di mana sebelumnya sudah terjadi pertempuran kecil antara tentara Muslim dengan tentara Salib.

Buku yang ditulis oleh pakar sejarah Islam ini lebih terfokus pada persoalan “sejarah yang tercipta di malam hari”. Ide penulisan subjek ini sendiri muncul ketika sang penulis membaca berbagai buku sejarah Islam, di mana banyak sekali sejarah Islam yang terjadi di malam hari.

Buku ini memuat 24 kisah dunia Islam yang dibagi ke dalam enam bagian. Tapi, pembagian tersebut tidak begitu jelas, berdasarkan kategori apa pembagian itu? Karena setiap bagiannya tidak diberi judul. Untung saja, buku ini langsung membius saya dengan sebuah kisah menarik di bagian pertama, meski tidak diurutan pertama. Kisah itu diberi judul “Selesainya Buku Muqaddimah Karya Ibn Khaldun”.

Nama Ibn Khaldun begitu mendunia. Ia termasuk tokoh yang paling banyak disebut dalam sejarah intelektual. Reputasinya sangat dikagumi oleh kalangan intelektual timur maupun barat, kalangan muslim maupun non muslim. Dirinya bukan saja dikenal sebagai Bapak sosiologi, tetapi juga Bapak ilmu Ekonomi, karena banyak teori ekonominya yang jauh mendahului Adam Smith dan Ricardo. Ibn Khaldun sejatinya pemikir dan ulama peletak dasar Ilmu Sosiologi dan Politik melalui karya magnum opus-nya, Muqaddimah.
Dalam buku ini diceritakan bagaimana saat-saat terakhir Ibn Khaldun menyelesaikan karyanya itu. “Dengan diterangi sebuah pelita dari lampu minyak, lelaki itu hanyut dalam barisan kertas yang ia tulis. Ia tenggelam dalam buku rujukan yang ia kutip untuk lembaran akhir dari buku yang tengah ia tulis. ‘Telah selesai juz pertama yang mencakup dari pembukaan yang ditulis dalam waktu lima bulan di pertengahan tahun 779 Hijriah. Alhamdulillah, semua ini ditulis pada malam kesembilan dari bulan Jumadilakhir, pada tahun yang telah disebut oleh hamba yang fakir dan senantiasa mengharap rahmat…’” (hlm.33).

Demikianlah, di tengah kebisuan malam, Ibn Khaldun telah dapat menyelesaikan karya master piece-nya. Ia menyelesaikan buku tersebut dalam ketenangan malam, di antara tahun 1373-1378 Masehi.

Kisah yang menarik lain lagi adalah “Wafatnya Ratu Mumtaz Mahal”, yang tak lain cikal bakal dibangunnya Taj Mahal di India. Mumtaz Mahal yang bernama aslinya Arjuman Bano Begum adalah istri seorang raja India dari Dinasti Mughal bernama Shah Jehan. Pada masa itu Islam sedang mengalami kejayaannya. Sejak menjadi pangeran, panglima perang, hingga menjadi raja, Shah Jehan selalu didampingi Mumtaz Mahal baik dalam keadaan senang maupun susah. Kisah cinta mereka tersiar di semua kalangan.

Mumtaz Mahal selalu berada di samping suaminya setiap kali suaminya mendapat ujian hidup. Oleh karenanya, kehidupan sang raja di kerajaan aman dari makar, rasa iri dan dengki. Ia sering memberikan nasihat untuk suaminya. Ia juga sangat memerhatikan kehidupan para wanita fakir. Ia membangun sepuluh pabrik tenun dan sajadah sebagai tempat untuk mempekerjakan para fakir wanita.

Ia pula orang yang kali pertama membangun kantor untuk konsultasi dan penampungan bagi para janda. Ia termasuk perintis gerakan kewanitaan menyamakan taraf hidup wanita dengan kaum lelaki pada waktu itu, seperti mendirikan sekolah dan mengajarkan kepada wanita India untuk membaca dan menulis. Melihat kesetiaan dan prestasinya itu, sang suami begitu kehilangan saat istrinya meninggal. Kematian menjemputnya pada tengah malam, sesaat setelah melahirkan.

Untuk mengabadikan cintanya kepada sang istri, Shah Jehan membangun monumen yang bernama Taj Mahal, yang tak lain diambil dari nama istrinya. Sebanyak 43 jenis batu permata, termasuknya berlian, jed, kristal, topaz dan nilam telah digunakan untuk memperindah Taj Mahal. Pembuatan Taj Mahal memakan waktu selama 22 tahun. “Monumen cinta” ini menjadi salah satu dari Tujuh keajaiban dunia dan termasuk warisan kebudayaan Islam.

Selain dua kisah di atas, masih ada 22 kisah yang tak kalah menariknya, di mana masing-masing kisahnya mempunyai keunikan dan pesan yang berbeda. Misalnya, kisah Al-Maqrizi, ulama tersohor pada masa Daulah Mamalik di Mesir, yang berhasil menulis kitab dengan ketebalan 80 halaman hanya dalam satu malam. Bagaimana prosesnya serta apa saja yang ditulisnya dapat kita baca dalam buku ini. Ada pula kisah seorang wanita yang mampu membiayai sendiri untuk membangun masjid Jami’ di Turki. Dan itu berawal dari sebuah mimpi yang menggetarkan dirinya pada pertengahan malam di bulan Ramadhan.
***

Buku ini selayaknya mendapat apresiasi yang mendalam. Tidak hanya keunikannya karena menulis subjek yang jarang digarap oleh kebanyakan penulis Arab, tetapi juga pesan yang hendak disampaikannya. Maka, tak heran buku dalam edisi aslinya (berbahasa Arab) menjadi bestseller di Timur Tengah, sejak tahun 2002 hingga sekarang, dan mengalami beberapa kali cetak ulang.

Spirit Islam sangat terasa dalam buku ini, meski barangkali penulisnya tidak menyadarinya, karena dalam pendahuluan maupun penutupnya sama sekali tidak menyinggung ajaran Islam yang sejatinya Islam begitu mengistimewakan malam hari. Di antaranya, shalat malam (qiyamullail);yang begitu dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw, turunnya Al-Qur’an;kitab suci yang menjadi pedoman hidup dan inspirasi, serta perjalanannya Nabi Muhammad ke Sidartul Muntaha; cikal bakal perintahnya shalat lima waktu.

Tidak hanya itu, di dalam Al-Qur'an pun ada 114 kata ‘malam’, dengan berbagai macam informasinya, antara lain: Waktu yang paling tepat untuk bersujud (Ali-Imran:113), bertasbih (Al-Anbiyaa:20; Thaha:130), mencari hikmah (Adh-Dhukhan:4), mohon ampun (Adz-Dzariyaat:18), beristirahat (An-Naml:86), dijadikan sebagai pelajaran dan mensyukuri nikmat Allah (Al-Furqan:62), merenungi tanda-tanda kebesaran Allah (Al-Isra':1), dan lain-lain.

Dari berbagai informasi tersebut, tampaklah bahwa waktu malam adalah waktu yang istimewa. Suatu waktu yang hebat untuk melakukan perubahan diri menuju kebaikan. Dan buku inilah yang akan menginsiprasi Anda untuk melakukan perubahan itu.***

M.IQBAL DAWAMI
Staf Pengajar STIS Magelang, sering menulis dan “bermuhasabah cinta” di pertengahan malam

2 komentar:

Fitria Zulfa mengatakan...

"Suatu hari the resensor.blogspot akan dinobatkan sebagai blog buku terbaik! Kalau masa itu tiba, ingat aku ya... karena aku penggemarmu, karena mungkin... saat itu aku sudah tiada..."

Ok, tetap semangat!:-)

M.Iqbal Dawami mengatakan...

Masih jauh non dari itu.Ini hanya iseng2 aja kok.
Ya, aku kan sll mengingat noura.Tetap smangat juga.Trims.