Selasa, Oktober 06, 2009

Rahasia Sukses Jack Welch

Judul: The Jack Welch Secrets: 10 Rahasia Sukses CEO Paling Fenomenal di Zaman Kita
Penulis: Stuart Crainer
Penerjemah: Arfan Achyar
Penerbit: Daras Books, Jakarta
Cetakan: I, September 2009
Tebal: 208 hlm.
---------------

Jack Welch adalah salah satu tokoh yang dikenal dalam dunia bisnis karena kepemimpinannya saat ia menjabat sebagai Pemimpin dan Ketua Eksekutif dari General Electric (GE), Amerika, pada periode 1981-2001. Reputasinya diraih berkat kecerdasan bisnis yang tinggi dan strategi kepemimpinannya di GE. Ia tetap menjadi tokoh yang disegani di kalangan bisnis mengingat strategi manajemennya yang inovatif dan gaya kepemimpinannya.

GE adalah perusahaan teknologi dan jasa dengan bidang usaha yang sangat luas, dari peralatan rumah tangga, lampu listrik, finansial, mesin jet pesawat, sampai pembangunan pembangkit nuklir. Nilai total perusahaan ini sekarang mencapai 500 miliar dolar. Jack sudah bekerja jadi teknisi di General Electric sejak 1960. Ia mulai benar-benar dari bawah. Dengan usahanya yang luar biasa, Jack berhasil naik terus ke puncak. Umur 37 tahun, ia sudah menjadi Vice President di GE. Dan pada 1981, Jack menjadi penguasa di GE, sebagai CEO termuda dalam sejarah perusahaan ini.

Jack Welch sering dipanggil "Neutron Jack" karena gaya kepemimpinannya yang penuh ledakan, persis seperti bom neutron. Banyak tindakan besar yang drastis yang ia lakukan selama kepemimpinannya. Misalnya, ia memotong gaji 10 % eksekutif yang kerjanya terburuk tiap tahun. “Habisi semua yang tidak memberikan sumbangan pada perusahaan”. Ujar Jack.

Dan Jack juga menjadikan perusahaan yang awalnya sangat tidak efisien, menjadi salah satu perusahaan paling menguntungkan di dunia. Jack adalah legenda dalam manajemen perusahaan. Jack sendiri berhenti dari GE tahun 2001. Sekarang, GE adalah salah satu perusahaan terbesar Amerika, bernilai hampir setengah triliun dolar.

Melalui buku ini kita akan mengetahui prinsip-prinsip yang dijalankan Jack Welch dalam mencapai semua hal di atas. Melalui buku ini pula, kita akan mengetahui gaya manajemen dan kepemimpinannya yang telah terbukti itu. Penulis buku ini, Stuart Crainer, adalah seorang pendiri Suntop Media, sebuah firma konsultasi, konsep, dan konten media di Amerika, yang telah menghasilkan beberapa buku juga mengenai bisnis dan manajemen.

Sedikit menukik ke belakang, GE didirikan oleh Thomas Alva Edison, sang penemu bola lampu, dan sudah berusia lebih dari satu abad. Sejak didirikan, perusahaan ini berkembang pesat dan menjadi perusahaan raksasa. Tapi, akhir tahun 70-an, GE telah menjadi perusahaan raksasa yang gemuk dan sama sekali tidak efisien. Bisnisnya tidak fokus, birokrasinya besar dan bertingkat-tingkat, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah juga lambat. GE adalah perusahaan besar yang akan segera ketinggalan zaman dan dilindas pesaingnya.

Namun, pada 1981, ada seorang pemimpin baru di GE. Namanya Jack Welch, dan ia akan segera menciptakan sejarah. Nah, dalam kepemimpinannya, nilai GE telah naik berkali-kali lipat. Saat Jack masuk, GE bernilai 14 miliar dolar dan saat Jack keluar GE bernilai 130 miliar. Tidak ada satu pun pemimpin bisnis di dunia, bahkan Bill Gates sekalipun, yang mampu menciptakan perkembangan nilai perusahaan yang sedahsyat ini.

Jack Welch diangkat menjadi vice president GE pada 1972, lalu senior vice president pada 1977, dan vice chairman pada 1979. Welch akhirnya menjadi chairman dan CEO termuda GE pada 1981. Saat pensiun pada 2004, gaji tahunannya US$ 4 juta. Kekayaan bersihnya kini ditaksir US$ 270 juta.

Nah, berdasar capaian di atas, penulis buku ini mengidentifikasi ada sepuluh bumbu utama dari gaya manajerial Jack: berinvestasi pada manusia, dominasi pasar anda… atau enyah, tak pernah tinggal diam, pikirkan layanan, lupakan masa lalu, ciptakan masa depan, belajar dan memimpin, tanpa basa-basi, hilangkan birokrasi, tidak kemana-mana, dan mengurus toko kelontong.

Dari kesepuluh gaya manajemen Jack, ada dua hal yang menjadi perhatian saya ketimbang yang lainnya yaitu, hilangkan birokrasi dan mengurus toko kelontong. Dua hal ini boleh dikata jarang saya temukan di dalam manajemen bisnis mana pun. Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan ‘hilangkan birokrasi’ dan ‘mengurus toko kelontong’?

Direpotkan dengan birokrasi dan hierarki yang membuang waktu, Jack Welch hampir meninggalkan GE setelah setahun bekerja di sana. Ia berhasil dibujuk, tetapi kejengkelannya tetap bersemayam. Setelah mencapai puncak, Welch membuang aturan-aturan birokratis.

“Bayangkan satu gedung. Perusahaan menambah jumlah lantai ketika bertambah besar. Ukuran menambah jumlah lantai. Kompleksitas menambah jumlah dinding. Kita semua membangun departemen—departemen transportasi, departemen riset. Itulah kompleksitas. Itulah tembok. Pekerjaan kita dalam bisnis adalah meratakan bangunan dan menghancurkan tembok. Jika melakukan itu, kita akan mendapatkan lebih banyak orang yang datang dengan lebih banyak ide untuk berbagai tindakan yang dibutuhkan oleh fungsi bisnis” (hlm. 168-169). Itulah salah satu terobosan Jack dalam upaya menghilangkan birokrasi. Dan terbukti menguntungkan.

Jack Welch mengelola GE layaknya sebuah toko kelontong. Hal yang harus diperhatikan sama. Kualitas dan pelayanan. Arus uang. Tahu betul tentang apa yang akan laku dijual, bisnis apa yang berhasil saat ini. Fakta bahwa kita menjual reaktor nuklir, bukan menjual permen, tidaklah penting.

Jack dikenal sangat keras, tetapi adil. Keuntungan akan dikejar, tapi karyawan yang baik selalu diperhatikan. Untuk mereka, berbagai sistem promosi, bonus, dan saham di perusahaan diberikan secara kompetitif. Jack juga hafal nama dan pekerjaan dari hampir 1.000 orang yang bekerja di GE. Gabungan dari sistem reward dan punishment yang ekstrem ini membuat GE menjadi salah satu perusahaan terbesar Amerika.

Bagi Jack, semua pihak harus belajar jadi yang terbaik atau, jika tidak, akan dieliminasi. Eksekutif akan dipecat, anak perusahaan yang tidak mampu memberi keuntungan atau bukan dua besar dalam industrinya akan ditutup atau dijual. Semua harus belajar dengan cepat karena perusahaan seperti itulah yang akan unggul. Jadi, semua pihak di GE akan belajar mati-matian, atau ditendang keluar. Kalau bukan oleh pesaingnya, oleh Jack sendiri. Perusahaan pun bergerak semakin cepat, begitu pula keuntungannya.

Belajar dari Jack, bahwa manajemen adalah sebuah seni. Dan hal itu (terkadang) tidak bisa dipelajari di buku, melainkan dari sebuah pengalaman.[]

M. Iqbal Dawami,
Staf pengajar STIS Magelang

Tidak ada komentar: