Sabtu, April 07, 2012

Mencari Obat Galau


Judul: Rahasia Sepuluh Malam
Penulis: Achmad Chodjim
Penerbit: Serambi
Cetakan: I, Januari 2012
Tebal: 427 hlm.

APA yang dimaksud dengan sepuluh malam? Itu yang ada dalam benak saya tatkala membaca judul buku ini. Dan apa pula rahasianya? Inilah yang hendak digali dalam buku ini. Lembar demi lembar saya baca, 'sepuluh malam' itu saya temukan jawabannya pada halaman 14. Ternyata, buku ini berangkat dari Alquran surat Al-Fajr, utamanya ayat kedua. Ayat itu berbunyi "Demi malam yang sepuluh". Ada apa dengan sepuluh malam itu? Inilah yang hendak dicari Achmad Chodjim, sang penulis buku ini.

Menurut Chodjim, malam adalah simbol kegelapan atau ketidaksadaran. Kebutaan jiwa. Karena buta, hidup ini bagaikan berjalan di dalam terowongan gelap. Tapi, kita harus keluar dari terowongan yang gelap itu (hlm. 16). Di antara kegelapan itu adalah kebodohan. Kebodohan bisa dalam pengertian ketidaktahun dan ketidakmautahuan. Chodjim membagi ketidaktahuan menjadi tiga macam: ketidaktahuan terhadap keinginan, kesenangan, dan kepercayaannya. Ketiga macam inilah yang menjadi penyebab terjadinya kekecewaan, penderitaan, bahkan putus asa. Selain itu juga seringkali memunculkan penyakit-penyakit hati seperti rakus, kikir, kufur, bahkan zalim.

Kegelapan semacam itu harus ditembus dengan cahaya. Maka tugas manusialah yang mencari cahaya tersebut. Jadi, setelah kita tahu berbagai macam kegelapan yang menyelimuti kehidupan manusia, kita harus mencari jalan keluar. Kita harus keluar dari terowongan dan lorong yang gelap itu. Chodjim dalam buku ini menawarkan jalan keluarnya dengan membuka selubung rahasia sepuluh malam, yaitu: rahasia tobat, sabar, syukur, zuhud, rida, ikhlas, taslim, tawakal, fana, dan mahabbah (cinta).

Itulah sepuluh aksi untuk keluar dari kegelapan hidup, menurut Chodjim. Kesepuluh aksi tersebut boleh jadi tidak asing di telinga kita. Atau paling tidak hanya beberapa poin saja yang belum kita ketahui seperti taslim dan fana. Taslim adalah berserah diri secara total kepada Tuhan. Keberserahan itu dilakukan karena kita sadar bahwa daya dan kekuatan itu kepunyaan Allah. Sedang fana adalah mengosongkan dari sifat-sifat keduniawian dan mengisinya dengan sifat-sifat Allah dan Rasul. Lantas bagaimana proses dan prosedur agar bisa mempraktikkan taslim dan fana? kita akan temukan jawabannya dalam buku ini.

Salah satu keistimewaan dan keunikan buku ini adalah kita dimanjakan dengan adanya latihan praktis bagaimana bisa mempraktikkan masing-masing kesepuluh hal itu. Jadi, buku ini tidak hanya memberikan solusi tapi juga menuntun kita untuk meraih kesepuluh solusi dari kegalauan hidup.

M. Iqbal Dawami, esais, tinggal di Pati.

3 komentar:

Amir Mahmud mengatakan...

TMasya Allah ajiiiib... Mantap Kang Iqbal!!!

Amir Mahmud mengatakan...

Selalu menarik Kang... ajarin saya resep-resepnya ya..:-)

An mengatakan...

wahai jiwa yang tenang..kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha (puas) dan diridhai-Nya.. (QS AL Fajr: 27-28)

thanks, Kak Iqbal :) :)