Pagi ini kuawali
dengan membaca buku Gandhi The Man. Beberapa halaman aku baca. Aku memang
membacanya secara mencicil, tidak ingin buru-buru menyelesaikannya. Sedikit
eman-eman. Ini buku bagus, jadi aku tidak mau menyelesaikan begitu saja tanpa
aku renungi dan kukunyah pelan-pelan. Buku Gandhi The Man adalah salah satu
buku terbaik yang pernah aku baca. Nyaris
sempurna, baik secara konten maupun penyajiannya. Tidak aneh jika buku ini
mengalami cetak ulang.
Buku ini seolah
menemukan momentumnya. Buku ini saya pikir harus dibaca oleh para pemimpin,
baik dalam skala kecil maupun besar. Baik pemimpin dalam politik, lembaga pendidikan,
maupun perusahaan. Ajaran dan laku hidup Gandhi relevan dilakukan oleh
siapapun. Karena secara umum, Gandhi memberi contoh bahwa apa yang diucapkan
kepada orang lain haruslah dilakukan terlebih dahulu oleh diri sendiri. Ketika kita
menyuruh orang hidup sederhana, dia sendiri harus sudah mempraktikkannya.
Kehidupan sehari-hari
Gandhi tak ubah masyarakat India pada umumnya waktu itu, baik orang miskin
maupun kaya. Dia berjalan kaki kemana-mana, berpakaian khas India, warna putih dan
ditenun sendiri. Di dalam sikapnya itu tersimpan perlawanan terhadap penjajah
Inggris. Ok, mungkin itu hanyalah simbol secara tangible yang dapat kita
elakkan bahwa menjadi pemimpin tidak harus bergaya orang miskin, tidak
substantif.
Barangkali ini yang
harus diikuti yaitu intangible, karakter dan sikap Gandhi. Nirkekerasan adalah
ajaran utamanya. Jika ada pengikutnya yang berubah haluan yakni tiba-tiba
melawan dengan senjata kepada para penjajah tersebut, maka dia akan
menghentikan seketika itu juga gerakannya. Luar biasa. Ajarannya ini mengundang
simpatik masyarakat India, bahkan negara-negara lain. Ajarannya ini membuat dia
tidak takut dengan siapa pun. Dia hadapi musuhnya secara gentleman. Dia dipenjara
dengan ikhlas. Semua itu atas dasar cinta dan kasih sayang, bukan kebencian dan
balas dendam.
Selasa, 5 Mei 2015, pkl. 7:23
Tidak ada komentar:
Posting Komentar