Minggu, Agustus 17, 2008

Menghargai Waktu Demi Kebahagiaan



Judul buku : Cherish Every Moment:Menikmati Hidup Yang Indah Setiap Saat
Penulis : Arvan Pradiansyah
Penerbit : Elex Media Komputindo
Cetakan : I, 2007
Tebal : xxi+322 halaman

Masing-masing dari setiap individu adalah tanggung jawab dari dirinya sendiri. Bukan hanya saja hidup setelah mati, saat ini pun, ketika masih hidup kita semua seratus persen berada dalam tanggung jawab diri kita sendiri. Dengan kata lain, keberhasilan atau pun kegagalan seseorang dalam hidupnya sesungguhnya sangat bergantung dari bagaimana menyikapi hidupnya. Namun, terkadang sering kita tak menyadari hal di atas, dan justru kesadaran timbul saat kita telah mengetahui kegagalan yang kita alami atau saat hidup kita sudah diujung tanduk, alias mengalami kematian. Maka penyesalanlah yang dirasakannya sebagai hasil dari apa yang diperbuatnya.

Adalah Arvan Pradiansyah yang mencoba mengingatkan agar hal di atas tidak terjadi dalam hidup kita. Lewat bukunya Cherish Every Moment: Menikmati Hidup yang Indah Setiap Saat (Elek Media Komputindo:2007) ia mengingatkan bahwa kita harus menghargai setiap waktu, setiap saat, bahkan setiap detik yang kita alami dalam hidup.

Dengan menghargainya maka diharapkan kita dapat menikmati hidup dengan indah (h. ix). Lantas, timbul pertanyaan, “Bagaimanakah cara menikmati hidup yang penuh dengan keindahan?”

Ardian mengingatkan bahwa Cherish Every Moment bukanlah suatu teori tetapi sesuatu yang harus kita alami sendiri. Kita harus menemukan keindahan dalam setiap detil kegiatan yang sedang kita lakukan saat ini dengan senantiasa mengingat-ingat arti hidup kita di dunia ini (h.xi). Tentu saja keinginan untuk menjadi manusia berguna atau bermanfaat adalah dambaan semua orang, tapi problemnya kita sering menyepelekan sang waktu, dengan menganggap waktu kita begitu banyak dan hidup kita masih panjang.

Misalnya, saja, cerita tentang seorang wanita karir yang banyak menghabiskan waktunya di dalam pekerjaannya. Ia mempunyai seorang anak berusia 6 tahun. Saking sibuknya ia jarang meluangkan waktunya dengan anaknya. Kebutuhan hidup anaknya sebetulnya selalu terpenuhi, namun kebersamaannyalah yang jarang terpenuhi. Si anak ingin sekali ibunya selalu memandikannya sebelum ia berangkat bekerja, namun hal itu tak bisa dipenuhi ibunya, karena pekerjaan menuntutnya untuk tepat waktu, walau sebenarnya sang ibu berjanji suatu saat nanti akan ia memandikannya. Pada suatu hari, saat ia berada di luar kota, anaknya sakit keras mengidap demam berdarah, yang kemudian mengantarkannya kepada kematian. Wanita itu pun sangat sedih. Namun yang lebih sedihnya lagi adalah ia tak bisa memenuhi janjinya, untuk memandikan anaknya, kecuali memandikan saat anaknya sudah menjadi mayat (h. 8)

Buku ini penuh dengan kisah-kisah yang sarat dengan nasihat dan teladan. Kisah-kisahnya sungguh tak jauh dari kehidupan kita sehari-hari. Kisah-kisah yang ringan, realistis, dan sederhana namun padat oleh pesan-pesan moral. Dan lebih istimewanya lagi tak jauh dari apa yang sering kita lakukan. Sebagaimana penulisnya sendiri mengatakan bahwa tema-tema yang diangkat dalam buku ini adalah tema-tema yang sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Ada tema-tema yang berkaitan dengan cinta, hubungan antar pribadi, manajemen diri, Tuhan dan spiritualitas. Di mana semua hal di atas intinya adalah mengajak kita untuk merenungkan arti hidup ini, menemukan apa yang paling penting dan menikmati hidup yang penuh keindahan setiap saat (h. xv).

Setiap tulisan mempunyai rel yang sama dan bermuara pada satu hal, yaitu bagaimana menjadi manusia terbaik pada saat itu juga, bukan pada saat masa yang akan datang. Karena dengan seperti itu, segala waktu kita diisi dengan apik. Misalnya saja, dalam konteks interaksi dengan manusia, kita harus berlaku seakan-akan hari ini adalah hari terakhir bagi kita. Dengan begitu, perlakuan kita akan selalu terkontrol dan menjadi manusia yang baik. Peradigma seperti itu dapat diterapkan dalam hal apa saja, baik hubungan dengan Tuhan maupun dengan makhluk lainnya.

Life is a Choice dan Do Now You’re Going To? adalah sekadar contoh tulisan sebagaimana yang telah digambarkan di atas dalam buku tersebut. Dalam Life is a Choice, misalnya, kita diingatkan agar berhati-hati dalam memilih, karena akan menentukan kualitas hidup kita. Misalnya, jika kita dalam keadaan ingin emosi, maka pilihan benar-benar ditentukan oleh kita yang mengantarkan baik dan tidaknya kualitas kita. Sedang dalam Do Know You’re Going To? Kita diajak merenung tentang hakikat hidup kita apa yang sebenarnya kita cari di dunia ini? Dan kemana kita akan pergi setelah ini?

Selain hal di atas, tulisan-tulisan Arvan juga mengajak kita untuk berpikir positif (positive thinking) dan optimis dalam memandang sesuatu. Lihat saja, misalnya, dalam judul Tuhan Marahkah Kau Padaku? banyak orang menganggap bencana gempa bumi disusul tsunami di Aceh dan gempa bumi di Yogya itu adalah hukuman dari Tuhan atau cara Tuhan untuk mengakhiri penderitaan penduduk Aceh dari DOM (Daerah Operasi Militer) (h.78). Namun, Arvan memandang bahwa: pertama, itu adalah fenomena alam, dan Tuhan dengan kasih sayang-Nya telah memberikan tanda-tanda. Pada tahun 2003 misalnya, ada seorang pakar geologi dari Thailand yang telah melihat tanda-tanda itu. Pakar tersebut kemudian memprediksikan akan terjadinya tsunami di Asia di tahun 2004. Prediksinya terbukti (h. 79-80). Kedua, do the best and let god do the rest. Kita melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan dan membiarkan Tuhan melakukan sisanya. Ketiga, jangan sombong.

Jika dilihat dari kemasan tulisannya, buku ini terbilang unik, karena buku ini berbentuk wawancara, di mana faedahnya adalah kita bisa langsung merasakan manfaatnya sesuai dengan kebutuhan kita dari pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban tersebut.

Keunikan lainnya lagi adalah di setiap akhir tulisan terdapat kutipan kata-kata mutiara dari para tokoh dunia, yang sungguh sangat bermanfaat bagi kita untuk bahan pengingat dan penggugah. Tapi sayangnya kata-kata tersebut menggunakan Bahasa Inggris yang secara tidak langsung membatasi para pembaca yang belum mampu berbahasa tersebut. Namun, penulis menyadari hal itu, maka kemudian ia memberikan kutipan-kutipan yang dirasa penting di setiap sub judul halaman kedua-sisi kiri dan ketiga-sisi kanannya, yang diambil dari tulisan di dalam tulisan tersebut. Hal ini sangat membantu para pembaca untuk menemukan inti dari setiap masing-masing yang ada dalam judul tulisan tersebut.

Tidak ada komentar: