Senin, Agustus 04, 2008

Kepercayaan Modal Sukses


Judul buku: Trust&Betrayel in The Work Place;Membangun Hubungan yang Efektif dalam Dunia Kerja
Penulis: Dennis S.Reina&Michelle L.Reina
Penerbit: Matahati, Jakarta
Cetakan:I,Mei 2008
Tebal Buku:296 Halaman

“Kepiluan akibat pengkhianatan menyebabkan rajutan halus kepercayaan yang pernah mempersatukan kita tercabik-cabik seketika” (John Amodeo)

Tak dapat dipungkiri rahasia sukses sebuah hubungan adalah adanya saling percaya. Tanpa itu rasanya mustahil hubungan seseorang akan terjalin dengan baik, entah itu dengan pacar, suami-istri, atasan-bawahan, bahkan Khalik (Tuhan)-makhluk sekalipun. Kepercayaan membutuhkan komitmen terhadap hal-hal yang telah disepakati antara dua belah pihak. Oleh karenanya, kepercayaan bisa mudah dilakukan, tapi bisa pula sebaliknya. Dan waktulah yang dapat menguji hal tersebut.

Pada era masyarakat industri dan informasi—seperti sekarang ini, tuntutan kepercayaan antara satu sama lain benar-benar diperlukan. Perusahaan merupakan contoh konkrit akan pentingnya saling percaya. Paling tidak hal itu benar-benar teruji dalam hubungan antara atasan dan bawahan. Problematika seringkali muncul pada saat perusahaan melakukan perubahan, seperti pengurangan pegawai, restrukturisasi, dan penataan ulang, atau pun penambahan pegawai, merger, dan pertumbuhan. Pada saat terjadi perubahan di atas, tak jarang gesekan negatif yang menyangkut diri Anda membuat Anda sakit hati, lantaran kepercayaan Anda dilanggar dan dikhianati. Sikap Anda atau pun sebaliknya, orang lain terhadap Anda telah disalahpahami, padahal Anda atau pun orang lain terhadap Anda bertindak demi kepentingan perusahaan. Akibatnya, Anda menilai orang lain tidak konsekuen. Dan begitu juga sebaliknya.

Keadaan demikian akan berbahaya bagi kelangsungan sebuah perusahaan, karena sedikit-banyak akan memengaruhi mobilitas perusahaan itu sendiri. Kinerja mereka akan terganggu. Dan untuk membangun kesalingpercayaan lagi membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Oleh karena itu, kesalingpercayaan harus dibina dan dipelihara dengan baik, jangan sampai ada salah satunya yang tidak percaya.

Buku ini muncul untuk membantu bagi siapa pun yang ingin menumbuhkan hubungan kepercayaan dengan orang lain yang menjadi rekan kerjanya. Dengan menganggap setiap individu dalam perusahaan adalah pemimpin, maka buku ini mengacu pada semua orang bahwa perilaku kepemimpinan di semua level turut bertanggung jawab. Maka, langkah pertama adalah mereka harus percaya pada diri mereka sendiri dan (kemudian) orang lain sebelum dapat membangun hubungan yang tulus dan penuh perhatian, serta menumbuhkan kepercayaan dalam diri orang-orang (hlm.10).

Secara umum, buku ini menawarkan tentang bagaimana menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif dan menyenangkan untuk semua pihak—di mana hubungan kerja dibangun berdasarkan kepercayaan, diliputi oleh semangat, serta mengilhami para pemimpin dan pegawai. Dan hal itu akan terlaksana jika prinsip dan praktik serta alat dan teknik yang ditawarkan dalam buku ini diterapkan oleh siapa pun dalam hubungan dan dalam konteks apa pun.

Dan secara khusus, buku ini dimaksudkan bagi para manajer dan para pemimpin yang berusaha membantu orang-orang di semua level yang telah kehilangan kepercayaan dan merasa dikhianati oleh organisasi di mana mereka bekerja. Para pemimpin memang dituntut menjadi penggerak dan inspirator bagi para bawahannya. Untuk itu dia bertanggung jawab untuk menumbuhkan kembali kepercayaan dalam diri orang-orang mereka (baca:bawahan), ketika terjadi suatu konflik, entah itu atasan dengan bawahan atau sesama pegawai sekalipun.

Kepercayaan dan pengkhianatan merupakan dua hal yang bertolak belakang, namun menempati satu tempat yaitu hati. Hati terkait dengan emosi. Sedang emosi sangat subjektif sifatnya di saat kita menilainya. Oleh karena itu, pembicaraan tentang kepercayaan sarat dengan nuansa emosional dan mempunyai arti berbeda-beda untuk orang yang berbeda. Namun, kesulitan di atas dapat teratasi setelah kedua penulis buku ini melewatinya selama dua puluh lima tahun bekerja bersama orang lain dalam berbagai cara. Jadi, tak perlu diragukan lagi konsep-konsep yang tertuang dalam buku ini. Selain selama dua puluh lima tahun menjalani kerja sama dan saling memupuk kepercayaan bersama orang lain, buku ini juga berdasarkan wawancara dengan 125 pemimpin organisasi, manajer, penyelia, serta profesional di bidang pengembangan SDM dan organisasi dari 67 organisasi yang berbeda di Amerika Serikat dan Kanada.

Di saat melakukan wawancara, banyak responden yang menyatakan kelegaannya karena akhirnya bisa berbagi pemikiran, keprihatinan, dan perasaan tentang berbagai macam hubungan kepercayaan yang mereka dambakan tetapi tidak bisa mereka ungkapkan secara bebas dan terbuka kepada rekan-rekan kerja mereka di tempat kerja. Akhirnya terkuaklah segala rahasia-rahasia tentang hal-hal negatif yang mengganggu hubungan atas dasar kepercayaan.

Berdasarkan hal di atas, maka ditemukanlah sebuah kerangka pemahaman yang sama sehingga solusinya pun dapat membantu para pembaca untuk persoalan yang berkaitan dengan kepercayaan, mengambil tindakan terhadap masalah yang berkaitan dengan kepercayaan, serta menumbuhkan dan menjaga tingkat kepercayaan yang sehat di organisasi para pembaca.

Buku ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, berbicara tentang filosofi kepercayaan dan memahami pengkhianatan dalam dunia kerja. Bagian kedua, memaparkan model-model kepercayaan seperti kepercayaan kontraktual, komunikasi, dan kompetensi. Model-model tersebut diwadahi dalam apa yang dinamakan dengan kepercayaan transaksional. Selain itu, disertakan pula perihal bagaimana cara membangun kembali kepercayaan yang sudah pudar. Dan pada bagian ketiga, adalah pengembangan dari bagian dua, tentang bagaimana model-model kepercayaan dapat dijadikan alat pengembangan yang dapat Anda gunakan untuk memahami dinamika kepercayaan dan pengkhianatan, serta membawa organisasi pada bentuk kepercayaan yang paling tinggi, yaitu kepercayaan transformatif.

Adapun keistimewaan buku ini adalah tidak hanya berbicara sendirian (bacab:monolog). Ia membimbing dan mengajak “berbicara” kepada pembaca mengenai seluk beluk kepercayaan. Hal itu dibuktikan dengan pelbagai langkah-langkah konkrit di setiap akhir bab-nya dan pertanyaan-pertanyaan yang mesti dijawab oleh para pembaca. Untuk memperkuat argumennya, buku ini pun disertai penggalan kisah-kisah nyata yang nama dan tempatnya disamarkan.

Keistimewaan lainnya adalah buku ini disertai gambaran kerangka konseptual yang dapat membantu bagi para pembaca yang tidak punya waktu untuk membacanya secara keseluruhan. Namun saya kira hanya satu kekurangan yang akan memengaruhi kepuasan pembaca, adalah tidak ada gambar karikatur atau komik yang melukiskan sebuah hubungan kepercayaan, misalnya, antara atasan dan bawahan atau sesama karyawan. Jika dilengkapi hal itu, tentu pembaca akan terangsang imajinasinya, sehingga otak kanan-kirinya berjalan beriringan.

Pada akhirnya, buku ini hendak bermuara pada satu hal bahwa umat manusia sangat pantas untuk percaya pada diri mereka sendiri dan merasa nyaman untuk percaya pada orang lain

Tidak ada komentar: